KETIKA HUJAN BARU BERHENTI
Setiap kali hujan datang, Dol selalu berlari ke ambang pintu dan mendongak melihat langit. Warna kelabu pucat membentang luas di atas kepalanya. Seolah bentangan itu menutup langit dari timur ke barat. Titik-titik air mengguyur dari atas langit membasahi daun-daun hijau di pelataran rumah. Semua basah. Angin kencang menggerakkan daun-daun pisang sampai terbelah-belah. Sesekali suara angin berdenging-denging di telinganya. "Hujan lagi Mak!" serunya kecewa. Mukanya mengkerut melihat air yang turun menderas mengikis tanah. "Masuk ke dalam, Dol!" Dia tidak mempedulikan suara Emak. Air semakin mencurah. Langit semakin kelam. Sesekali bahkan guntur meledak memekakkan telinga. Juga petir yang sesekali tampak berurat-urat di atas langit. Pada saat-saat seperti ini tak ada seorang pun nyaman berada di luar. Semua ingin berlindung di dalam rumah. Tapi tidak dengan Dol. "Mak, aku main hujan ya?" katanya meminta. Sebenarnya Dol berencana berenang di